Belakangan, peredaran game kekerasan tengah disorot karena dianggap terlalu banyak memberi dampak negatif. Namun berdasarkan penelitian, para remaja mengaku game kekerasan malah membantu mereka dalam melampiaskan rasa marah.
Hal itu diungkapkan dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kesehatan Mental dan Media Massachusetts General Hospital (MGH). Menurut penelitian tersebut, sebagian besar remaja memainkan video game dengan harapan untuk mengontrol mental mereka seperti perasaan stres dan marah. Khusus bagi yang memainkan game kekerasan, cenderung dilakukan untuk melampiaskan rasa marah.
Game paling favorit di kalangan remaja putra dari hasil survei ini, ditempati oleh 'Grand Theft Auto' yang juga menjadi favorit kedua bagi remaja putri setelah 'The Sims'.
"Berbeda dari stereotipe game solitary yang tanpa kemampuan sosial, kami menemukan bahwa anak-anak yang memainkan game kategori dewasa lebih suka bermain dalam sebuah kelompok di ruangan yang sama ataupun melalui Internet," ujar Cheryl Olsen, co-director Pusat Kesehatan Mental dan Media Massachusetts General Hospital.
Survei ini melibatkan 1.254 anak-anak Amerika Serikat (AS) yang mewakili berbagai lapisan sosial ekonomi, ras dan wilayah tempat tinggal. Hasil survei ini sekaligus juga ingin menepis mitos bahwa perkembangan game kekerasan dapat menganggu mental remaja, seperti yang sedang hangat diperdebatkan.
"Kami berharap penelitian ini bisa dijadikan langkah awal untuk menetralisir perdebatan yang menyebutkan game kekerasan sangat berbahaya dan dapat menghancurkan lingkungan. Padahal situasinya harus diperjelas, konten game apa yang berbahaya untuk anak-anak," tukas Olsen.
Game kekerasan yang saat ini tengah disorot adalah 'Manhunt 2' keluaran Rockstar yang telah ditentang beredar di sejumlah negara seperti Irlandia dan Inggris. Sebagai bentuk perlawanan, para pecinta game sampai membuat petisi online untuk memprotes pelarangan ini.
Sumber: Detik Portal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar